Serbuan Pasukan Israel ke kapal pengangkut bantuan kemanusiaan Mavi Marmara di laut menuju Jalur Gaza, mengingatkan kita perlunya kembali ada kecerdasan untuk menyelesaikan konflik di Jalur Gaza. Kecerdasan yang tentu saja tidak dimulai dengan kebencian, pada kelompok Israel maupun Palestina. Melain melalui kepiawaian bermain politik dunia, dan membawa keadilan untuk semua pihak.
Dalam sebuah diskusi, peneliti CSIS Kusnanto Anggoro mengatakan strategi alm. KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ketika mendekati Israel. Gus Dur memilih strategi mendekat ke Israel dengan mendorong terbukanya hubungan dagang dan diplomatik. "Tujuannya, agar komentar-komentar Indonesia diperhatikan oleh Israel dan sekutunya," kata Kusnanto. Sayangnya, tidak banyak orang yang memahami hal itu, dan memilih untuk mencaci Gus Dur dalam proses ke Israel itu.
Secara sederhana, ketika Gus Dur mendekat ke Israel itu, ibarat sedang berusaha meng-add account Facebook (FB) negara Israel. Sudah bukan asing, ada berbagai hal yang bisa dilakukan bila account FB Indonesia terhubungan dengan Israel. Bayangkan, kedua negara akan sama-sama mengetahui "status" masing-masing.
Bahkan, saling bisa memberikan komentar di status itu. Bukan tidak mungkin, bila suatu saat ketika Israel membuat "kesalahan", Indonesia bisa memberi saran dan masukan melalui wall, inbox atau chat. Nah, dan yang jelas, Israel akan "mendengarkan" semua masukan itu. Bukan tidak mungkin pula akan melakukan nasehat Indonesia itu.
Memang, meski demikian, tidak berarti Indonesia bisa dengan mudah mengubah "tabiat" Israel yang gemar membuka lahan di jalur Gaza. Ini bukan pekerjaan sehari selesai. Perlu waktu dan konsistensi serta pemahaman dari banyak pihak. Tidak hanya "ke luar" tapi juga "ke dalam." Agar tidak ada lagi "caci maki" ada orang-orang, seperti yang dialami Gus Dur saat ingin meng-add Israel di sebagai "teman FB".
Semoga pengganti Gus Dur segera datang,..
Silahkan menulis komentar | republish | Please Send Email to: iddaily@yahoo.com |
asik bos aku bacanya :)
ReplyDeletemantabh!
Israel.. tetep israel,..meskipun jd di buka pintu diplomatiknya... Palestina tidak akan dilepas.. "Save Al Quds".
ReplyDeleteItu namanya stereotype. Tidak seluruh penduduk Israel atau ras Yahudi bersalah. Untuk itu harus dilokalisir persoalannya.
ReplyDelete