Tulisan ini bisa jadi akan berhenti tiba-tiba. Karena sejak awal, penulisannya di mulai dari kemandekan ide. Namun semua berubah ketika Kus-kus melintas,..
Sore baru datang. Bedug penanda maghrib belum juga bertaluh. Tapi, Kus-kus (sebut saja begitu), seekor tikus got hitam itu sudah hilir mudik ke sana kemari. Dari kolong ruang komputer, menuju ke tempat sampah besar di samping tembok ruang rapat.
"Heran, kok tempat sampah isinya nggak ada yang menarik," kata Kus-kus sambil terus mengaduk-aduk sampah. Saat seseorang melintas, tikus yang dikenal suka cari perhatian kepada tikus-tikus betina di rumah tetangga itu, mendongakkan kepala. Toleh kanan-kiri, lalu kembali "menyelam" ke tumpukan sampah. *Cit-cit (Bikin kaget saja-bahasa Tikus).
Di balik kertas coklat bekas bungkus makan itu, Kus-kus menemukan "sesuatu". "Nah!" gumamnya. Pantas saja Kus-kus girang. Sudah tiga minggu Kus-kus tidak makan enak. Bagaimana bisa, penghuni kantor tempatnya tinggal baru saja pergi jauh. Katanya sih ke Belanda. Volume sampah menipis. "Siaaaaalllll,.."
Kepala ikan
"Yes!" Kus-kus tak bisa menahan girangnya. Kepala ikan goreng ini bagaikan jawaban dari doanya. Kepala ikan lele itu memang hanya digoreng bisa. Daging yang menempel pun, well, mungkin bisa dianggap tidak ada. Tapi bagi Kus-kus, itu berarti lauk makan malam yang pas. Dipadukan dengan remah roti dan selai stroberi yang didapatkannya dari bungkus roti bermerk Sariroti yang didapatnya siang tadi, menjadi "sempurna" dinner malam nanti.
Kepala ikan lele itu besarnya tidak seberapa. Hanya sebesar jempol kaki laki-laki dewasa. Kus-kus merasa perlu strategi khusus untuk membawanya ke "rumahnya". Beruntung, tikus yang pernah hampir mati karena ulah manusia usil yang ingin meracunnya ini, punya keahlian khusus membawa beban berat. Keahlian itu didapatkannya dari Jacky Chan, bintang film Hong Kong sempat dilihatnya di Trans TV.
Dengan kecepatan tinggi dilemparkannya kepala ikan itu ke udara, hingga melewati "mulut" tong sampah. Sejurus kemudian, tikus kelahiran 1 Januari itu melompat tinggi hingga sejajar dengan kepala ikan yang sedang melayang. Sebuah sundulan kepala Kus-kus ke arah kepala ikan, membuat kepala ikan itu terpental ke luar kotak sampah. "Damn, I am good!"
Lauk makan malam pun sudah di luar tempat sampah. Kus-kus, kembali melompat, dan mendarat di rerumputan di pinggir tong sampah. Celingak-celinguk. "Aman!" katanya dalam hari. Di hampirinya kepala ikan itu, dan di bawanya sambil berlari ke kolong kantor. Di salah satu sudut, Kus-kus terengah. Jantungnya berdegup kencang.
Meong
Bayangan Meong, kucing nakal yang juga tinggal di kantor ini, yang sempat menyerangnya dua bulan lalu, masih belum terlupakan. Entah bagaimana, ketika melintas di lapangan rumput (taman belakang kantor) menuju rumah temannya, Kus-kus dikagetkan dengan aksi Meong yang entah bagaimana, sudah ada di belakangannya.
Ekor hitam panjangnya, tercengkeram kuku panjang Meong. Kus-kus meronta. Meski berhasil melarikan diri, namun ekor miliknya tergores panjang. Kus-kus sampai harus konsultasi ke psikolog karena trauma dengan rumput. dan bayangan hitam. Selama beberapa minggu, Kus-kus memilih untuk berjalan memutari lapangan rumput, dari pada harus bertemu dengan Meong.
Kus-kus sempat berpikir untuk menuntut balas. Hubungan baiknya dengan Coki, anjing sebelah rumah, terlintas untuk "dimainkan". "Kalau kau ingin aku menyerang si Meong, bilang saja," kata Coki. Hubungan Coki dengan Kus-kus juga unik. Coki merasa berhutang budi pada Kus-kus, karena merasa pernah diselamatkan dari maut.
Teriakan Kus-kus memperingatkan anjing itu, ketika hampir tertabrak metro mini saatCoki menyeberang jalan, dianggap menyelamatkan nyawa anjing berwarna cokelat itu. "Balas dendam? Jangan dululah," Kus-kus bergumam.
Makam malam "istimewa"
Kepala ikan itu sudah tersaji di atas piring. Bersanding dengan remah roti dan selainya. Tapi ada yang kurang. "Minumnya apa?" Otak Kus-kus berputar. Air coberan yang selalu menjadi minuman wajibnya, sudah sedikit membosankan. Ting! Siang tadi, Kus-kus melihat ada teh setengah gelas tergeletak di meja kantor. Hmmm,..
Langkah-langkah kecil Kus-kus sedikit dipercepat ketika dirinya melintas di ruang rapat. Gelas itu masih ada di sana. Gelas itu menganga. Hup! Kus-kus melompat ke kursi, lemari, rak buku dan hap! Loncatan terakhir mendaratkan tubuh hitamnya di atas meja. Kus-kus kembali berlari menuju ke gelas di tengah meja.
Kepala Kus-kus mendongak ke dalam gelas. Kepalanya mendekat ke ke arah teh, sementara separuh tubuhnya terjuntai di luar gelas. Srupppp....beberapa teguk teh itu mengalir di tenggorokannya. Rencananya, air itu akan "disimpan" di mulut, untuk dibawa ke rumahnya.
Grrrrrrrrrr,...... Suara itu memecah konsentrasi. Meong!!!! Kucing itu sudah berada di samping gelas. Seringainya semakin menakutkan dengan efek lengkung dari dala gelas. Kus-kus panik! Kaki depannya tidak bisa bergerak bebas, ketika Meong menyerang. Menabrakkan kepalanya ke arah tubuh belakang Kus-kus. Gigi itu menembus punggung, dan sampai ke tulang belakang.
Kus-kus meronta. Hentakan tubuhnya, membanting gelas. Keduanya bergulat. Menggelinding di atas meja. Dan jatuh ke lantai. Pyar! Buk-buk! Buk-buk! "Dasar tikus sialan! Mampus, lu!" teriak Gunarto, office boy sambil menjinjng tubuh lunglai Kus-kus.
Cit-cit,..
No comments:
Post a Comment