Dian AV. Sasa | Press Release
Keberadaan komunitas seni budaya dan literasi di berbagai daerah, tidak pernah berhenti dari upaya menghidupi dirinya, sembari menjaga semangat dan tujuan yang dipundaki. Meski terkadang langkah tersandung dan nafas gerakan tersendat, namun kehadiran mereka menjadi sandar penjagaan di tengah arus modernitas yang terus menggerus budaya negeri ini.
Dalam 'keterasingan' mereka melakukan gerakan sunyi yang tak banyak diminati khalayak. Anak-anak muda dengan semangat muda ini selayaknya mendapat apresiasi atas upaya yang mereka lakukan. Gerakan komunitas ini merayap di lajur masing-masing dengan tujuan yang searah:menjaga kelangsungan seni budaya lokal dan membangun kesadaran literasi.
Seringkali, kendala ruang apresiasi menjadi kendala dalam menjaga kelangsungan gerakan komunitas ini. Di Surabaya tak banyak ruang tersedia untuk berkarya dengan dana pas-pasan. Gallery Surabaya yang sering digunakan karena biayanya sangat murah pun kondisinya sudah sangat memprihatinkan dan tidak layak.
Untuk itu, "SRAWUNG ART" mencoba menyediakan ruang untuk menggelar ekspresi karya komunitas musik, teater, senirupa, fotografi, literasi, sastra, dan lain-lain dengan gaya menyesuaiak karakter kotametropolis, cafe menjadi pilihannya. Diharapkan, kedepan, SRAWUNG ART dapat dimanfaatkan sebagai ruang bereksplorasi dan unjuk karya bagi setiap komunitas. Tujuannya agar terjadi tukar informasi dan perluasan jaringan sehingga pergerakan budaya dapat lebih bersinergi dan tidak menjadi gerakan yang berjalan sendiri-sendiri.
Dipandegani oleh komunitas ESOK(Emperan Sastra Cok-Cepetan Ojo Keri) bekerjasama dengan DBUKU (Gallery buku Bibliopolis), maka malam ini (15/4)"SRAWUNG ART menandai kemunculan pertamanya di Art Cafe, Jl Brigjend Katamso 222, Waru Sidoarjo dengan menggelar TEMU KOMUNITAS SENIBUDAYA dan LITERASI.
Hadir dalam acara ini adalah Komunitas Perkusi (Jajan Pasar, Phsyconoise), Musikalisasi Puisi SMU Bina Bangsa, Band-band Indie, OI DKSH Surabaya(Iwan Fals Fans Club), Insan Baca (literasi), Arek Museum (Senirupa), Forum Rebo Sore (sastra dan literasi UNESA), C2O Library and Cinemateque, Komunitas Komik Bunuh Diri, dan lain-lain.
Turut hadir pula penulis novel asal Surabaya yang tinggal lama di Jakarta, Kirana Kejora. Kemudian juga penulis novel Ferry Herlambang Zanzad (Elle Eleanor), dan Mahwi Air Tawar (cerpenis,jogja).
"SRAWUNG ART kami cita-citakan mampu menjadi ajang tukar ide sehingga antar komunitas dapat saling merespon gagasan. Dengan begitu, sebuah karya akan menjadi lebih kaya. Komunitas musik mungkin sekali waktu dapat merespon karya teman-teman senirupa, komunitas penulis dapat merespon fotografi, dan sebagainya", kata Gita Pratama, Koordinator ESOK.
Dalam diskusi yang dimoderatori Diana Sasa dari DBUKU, Ilham J Baday perwakilan dari Arek Museum mengatakan "Setiap komunitas mengalami dua masalah pokok, yaitu jaringan dan ruang berekspresi. Dan kehadiran SRAWUNG ART ini kiranya dapat menjembatani hal itu, menjadi ajang komunikasi dan tukar wacana antar lintas komunitas sekaligus ruang apresiasi karya"
SRAWUNG ART direncakan akan menggelar kegiatan apresiasi karya secara rutin setiap Kamis malam, minggu ke dua tiap bulannya.
| republish | Please Send Email to: iddaily@yahoo.com |
No comments:
Post a Comment