Cerita sebenarnya terjadi pada 1924, seekor anjing bernama Hachiko dibawa ke Tokyo oleh pemiliknya, Hidesaburo Ueno, yang merupakan profesor ilmu pertanian di Universitas Tokyo. Setiap pagi, Hachiko selalu mengantarkan Ueno dari pintu rumah hingga depan Stasiun Shibuya, serta kembali menjemput profesor di stasiun yang sama pada sore hari.
Rutinitas itu terus berlanjut setiap hari, sampai pada suatu hari di bulan Mei 1925, Profesor Ueno tidak kembali ke stasiun pada sore hari seperti biasanya. Siang itu, sang profesor terserang stroke di kampus dan tak pernah kembali ke stasiun di mana teman setianya selalu menunggu.
Dalam film ini, sutradara Lasse Hallström, mengadaptasi cerita sebenarnya di mana Richard Gere didapuk sebagai seorang profesor seni bernama Parker Wilson yang sehari harinya bekerja naik kereta dari Stasiun Bedrige menuju kampusnya.
Di akhir cerita dipaparkan dari mana film ini mendapat inspirasi, yakni tentang anjing Hachiko di Jepang, yang sangat dihormati karena kesetiaannya, sehingga masyarakat Tokyo mendirikan patungnya. Karena tak tahu mengenai kematian tuannya, setiap sore Hachiko selalu datang ke stasiun dan menunggu kereta tuannya tiba, meski setiap sore itu pula Hachi tak lagi pernah menemui tuannya tuun dari kereta.
Banyak pengguna kereta di Stasiun Shibuya jadi akrab dengan Hachi dan kemudian tahu kisah mengharukan ini. Hingga akhirnya pada April 1934, sebuah patung berunggu Hachi berdiri di Stasiun Shibuya sebagai penghormatan terhadap kesetiaan yang ditunjukkan anjing itu. Selain itu, salah pintu masuk di stasiun itu diberi "Hachikō-guchi", yang berarti “Pintu Keluar Hachiko”, karena dari situlah Hachiko biasa keluar usai mengantar tuannya naik ke atas kereta.
Film ”Hachiko, a Dog’s Story” sangat menarik karena di sini manusia harus belajar tentang makna kesetiakawanan dari seekor hewan. Dalam panas, hujan dan badai, Hachiko selalu berlari pada pagi dan sore hari, untuk mengantar dan menjemput tuannya naik kereta, bahkan saat tuannya sudah tiada. Selama sembilan tahun setelah Profesor Ueno di Jepang tiada, Hachiko tetap berdiri di muka stasiun menanti kedatangan bosnya, sampai anjing itu tutup usia.
Setelah pemutaran perdana Green Zone khusus untuk kalangan media selesai, saya berbincang dengan Natalia Trita Agnika, wartawati Majalah Girls yang mengaku, dirinya dibalut keharuan mendalam saat menyimak film ini. “Saya sampai speechless menyaksikan film ini. Anjing aja bisa setia pada orang yang dicintai. Kita harus belajar dari itu,” katanya.
Masih sambil terisak, Nika bercerita, sebenarnya alur cerita ini sederhana saja dan terkesan monoton bagi mereka yang tidak mendalami makna kisah Hachiko. “Angle untuk anjing di film ini dapat banget,” katanya.
Nika juga menekankan peran Richard Gere yang sukses memerankan tokoh utama dalam “Hachiko” meski film ini memang masih ada kekurangannya. ”Saya memang suka film-film Richard Gere, tapi menurut saya sisi human interest film ini masih bisa digali lebih dalam lagi. Tapi seperti ini saja sudah membuat saya menangis,” katanya.
Itulah, kisah film “Hachiko”.yang menyadarkan kita betapa pentingnya arti kesetiaan dalam kehidupan ini. Dalam film ini digambarkan, betapa seekor hewan mampu menunjukkan sifat setia itu hingga akhir hayatnya. Masak sih kita mau kalah?
26 March 2010
Hachiko, belajar kesetiaan dari seekor anjing
Jojo Raharjo
Kembali kita membahas film Hollywood yang saat ini sedang “in” diputar di jaringan bioskop 21 maupun XXI. Kali ini kita akan membedah film berjudul ”Hachiko”, yang dibintangi aktor Richard Gere dan mengambil cerita dari sebuah kisah nyata di Jepang, tentang kesetiaan seekor anjing kepada tuannya.
No comments:
Post a Comment