Maya Mandley
Berita tewasnya Noordin M. Top di tangan Densus 88, terdengar juga di AS. Well, ada kelegaan. Meski di satu sisi masih ada sebagian masyarakat yang apatis. Apakah dengan tewasnya 'pentolan' al Qaida dari Malaysia ini menandakan bakal tidak ada lagi teroris di Indonesia? Atau mengapa harus ditembak mati ? Bukankan dengan membiarkannya hidup, kemungkinan besar bisa mengungkap jaringan al Qaeda yang ada di Indonesia atau Asia Tenggara ? Pertanyaan-pertanyaan yang bisa jadi catatan buat Kepolisian dibalik keberhasilan salah satu satuan khususnya menembak mati teroris.
Berita penembakan itu juga mewarnai pemberitaan media elektronik di Amerika. Mulai dari televisi kabel sampai jaringan televisi nasional. Karena kesibukanku, aku hanya liat di salah satu jaringan nasional yang memberitakan prestasi polisi nasional itu pada sore hari, pada siaran berita pukul 18.30 waktu New Jersey. Dalam pemberitaan tak kurang tiga menit itu, footage yang diambil dari salah satu TV nasional Indonesia (TV One) lengkap dengan text dalam bahasa Indonesia. Pada intinya mereka memberitakan bagaimana sepak terjang Noordin M.Top bersama jaringannya selama ini. Pemboman di Bali, Hotel Marriott Jakarta pada tahun 2003 hingga yang terakhir pada pemboman bulan Juli lalu.
Juga ditayangkan konfrensi pers Kapolri yang menunjukkan hasil sidik jari Noordin M. Top serta gambar jenasah Noordin yang menurut ukuran mereka termasuk brutal. Di akhir berita itu, sang reporter mengatakan, pemerintah Amerika serikat sama sekali tidak ikut campur dalam penyerangan itu. Dan tewasnya Noordin M. Top ini, menurutnya merupakan major blow up bagi Al Qaida. Sama halnya dengan warga Indonesia yang selama ini menginginkan kedamaian di tanah air, aku juga berharap tewasnya Noordin M. Top ini merupakan tanda berakhirnya teroris di bumi Indonesia. Bukan pengalihan dari issu-issu besar yang jadi PR kepolisian! Semoga!
No comments:
Post a Comment