Press Release
Pusat Kebudayaan Prancis (CCCL) Surabaya kembali bekerjasama dengan Erasmus Huis Jakarta dan Yayasan Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia-Belanda (YPKIB) Surabaya. Setelah sukses menjalin kerjasama pertama untuk acara konser duo akordeon Toeac asal Belanda pada bulan Mei lalu, pada kesempatan kedua ini, kami akan menyelenggarakan pameran fotografi “Perjalanan Masa Lalu” karya Alphons Hustinx, fotografer dan sineas asal Belanda.
Pameran yang menampilkan karyanya dari pada periode 1930-1950, termasuk saat perjalanannya di beberapa wilayah Indonesia ini, akan digelar pada 4 – 18 Agustus 2009 di Galeri CCCL. Pembukaan pameran foto akan diselenggarakan pada Selasa, 3 Agustus 2009, pk. 18.30 di CCCL, jln. Darmokali 10 Surabaya.
Selama pameran berlangsung, akan diputar sebuah film mengenai perjalanan Alphons Hustinx di kepulauan Indonesia akhir tahun 1930-an, dengan subtitel dalam bahasa Belanda. Program ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya. Pameran “Perjalanan Masa Lalu” sebelumnya digelar di Jakarta, pada 25 Juni-28 Juli lalu di Erasmus Huis, Jakarta.
Pada 1932, fotografer/sineas/wartawan, Alphons Hustinx, bersama temannya, Theo Regout, mengadakan perjalanan ke Afghanistan yang terpencil, dengan mengendarai sebuah Ford Cabriolet dua penumpang. Ini merupakan awal dari rangkaian panjang perjalanan Hustinx. Pada akhir 1930-an, Hustinx membuat foto dan film di daerah bekas wilayah Hindia-Belanda dan kemudian juga di India, Pakistan dan Sri Lanka, langsung setelah Kemerdekaan.
”Perjalanan Masa Lalu” memperlihatkan koleksi foto perjalanan Hustinx. Kesan Hustinx terhadap alam yang tenang, gemuruh gunung berapi, gambar jalanan dan pertemuannya dengan berbagai macam orang memberikan gambaran yang menakjubkan tentang sebuah dunia yang eksotis, yang dilihat dari mata seorang fotografer Barat.
Sejak tahun 1930-an, fotografer dan sineas Belanda, Alphons Hustinx (1900-1972), melakukan perjalanan ke Timur Tengah, Asia Tenggara dan Afrika. Pria bujangan berpenampilan necis ini, dengan kemampuan pengamatan yang estetis dan hampir etnografis, merekam beragam budaya dan masyarakat non Barat.
Hustinx menggunakan karya foto dan filmnya terutama untuk memberikan ceramah tentang negeri jauh dan bangsa asing. Ceramah-ceramahnya ini banyak dikunjungi orang, pada saat itu televisi belum ada. Pribadi Hustinx yang ramah sangat populer di kalangan publik yang penuh rasa ingin tahu.
Foto dan filmnya tetap menjadi saksi-saksi yang mengesankan dari sebuah dunia yang telah hilang, namun pada saat bersamaan membangkitkan keinginan untuk pergi ke sana.
No comments:
Post a Comment