Iman D. Nugroho
Kehadiran pengamat politik dan ekonomi Jeffrey Winter dalam diskusi Pilihan Paradigma Ekonomi Indonesia yang Bermartabat dan Berdaulat di Gedung Dewan Pers, Kamis (2/06) ini benar-benar menghibur. Bukan karena analisa-analisa tajamnya sebagai pengamat seperti yang selama ini dikenal orang, melainkan permainan kata-kata dengan perumpamaan yang mengundang gelak tawa. Ketika moderator meminta Jeffrey menggambarkan kondisi Indonesia misalnya, pria asal AS itu justru mengibaratkan Indonesia seperti seorang petinju.
"Indonesia itu seperti petinju kelas berat yang sampai saat ini masih memilih untuk bertanding dengan petinju kelas ringan," Jelasnya.Seharusnya, dengan potensi yang dimiliki, Indonesia bisa menjadi sekelas Brazil, Rusia, India dan China atau BRIC. Namun, entah mengapa Indonesia masih saja asyik dengan memposisikan diri sebagai negara sekelas negara kecil seperti Chili, Costarika dan Honduras. "Indonesia itu saya menyebutnya sebagai missing BRIC, seharusnya menjadi bagian dari BRIC (Brazil, Rusia, India dan China," katanya.
Belum lagi gelak tawa dari peserta seminar itu mereda, Jeffrey kembali membuat joke-joke lain menyangkut posisi ekonomi dihadapan lembaga donor seperti International Monitory Fund (IMF), dan World Bank. Lembaga-lembaga itu menurut Jeffrey adalah "dokter" ekonomi bagi Indonesia. Namun, cara Indonesia memperlakukan "dokter" ini sungguh aneh, yakni enggan untuk berpindah dokter meskipun dokternya terbukti gagal. "Apa perlu empat puluh tahun lagi untuk membuktikan kalau dokternya benar-benar gagal," katanya menuai tawa. Hal lain yang menurut Professor dari Yale University ini unik adalah bagaimana para ekonom di Indonesia mencoba menyelesaikan.
"Seperti bertanya dimana harus menempelkan handyplast untuk orang yang kena kanker," katanya. Jeffrey pertama kali dikenal menjelang gerakan Reformasi tahun 1998, setelah buku pertamanya berjudul "Power in Motion: Capital Mobility and the Indonesian State" terbit pada tahun 1996. Namanya semakin terkenal saat dia dekat dengan tokoh politik yang melawan dominasi Orde Baru. Jeffrey juga menulis dua buku berjudul "Dosa-Dosa Politik Orde Baru" [Political Sins of Suharto's New Order] pada tahun 1999 dan "Orba Jatuh, Orba Bertahan?" [Indonesia's "New Order" Falls or Endures?] pada tahun 2004. Penelitian Jeffrey Winters juga dilakukan di United States, Russia, Indonesia, Philippines, Vietnam, Singapore dan Mexico.
No comments:
Post a Comment