Pilkada Ulang Madura
Iman D. Nugroho, Bangkalan, Madura
Pelaksanaan pemilihan gubernur Jawa Timur di dua kabupaten di Pulau Madura kemungkinan akan berlangsung tegang. Tim Sukses pasangan Khofifah Indar Parawansa-Mudjiono atau Kaji memaksimalkan peranan masyarakat di kalangan bawah, serta siap berbuat "apa saja" untuk pelaksanaan proses pilgub yang free and fair. Sementara Tim Sukses pasangan Soekarwo-Syaifullah Yusuf atau Karsa memilih untuk melakukan penguatan pada tingkatan elit, serta melakukan lobby-lobby.
Di Kabupaten Bangkalan,Karsa mendapatkan 291.781 suara, sementara Kaji memperoleh 151.666 suara. Sementara di Sampang, Karsa berhasil mendulang 240.552 suara, dan Kaji hanya 181.698 suara. Total selisih kemenangan Karsa di dua kabupaten itu adalah 198.969 suara. Di antara dua kabupaten yang akan melakukan pilgub ulang, pelaksanaan pilgub ulang di Bangkalan kemungkinan akan berlangsung lebih ramai ketimbang Sampang. Di kabupaten inilah, dalam catatan sumber The Jakarta Post, terjadi pelanggaran yang lebih banyak. Seperti yang terjadi di daerah Kecamatan Tanah Merah dan Kecamatan Blega.
"Ada kejadian di Tanah Merah, saksi Kaji diminta untuk pulang dan tidak usah melaksanakan tugasnya sebagai tim sukses. Karena takut, mereka pun pulang," kata sumber The Jakarta Post. Hal yang sama juga terjadi di Kecamatan Blega, Bangkalan. Ada pencoblosan yang dilakukan oleh seorang aparat desa di sebuah kandang sapi, tidak di TPS yang sudah ada.
Dalam persidangan Mahkamah Konstitusi (MK) di Jakarta, hal yang sama terungkap. Di Desa Karang Gayam, Kecamatan Blega, Kabupaten Bangkalan seorang petugas KPPS bernama Supriyadi mengaku melakukan pencloblosan pada 200 kertas suara. Hal itu dilakukan atas permintaan dari Kepala Desa Karang Gayam. Tidak hanya itu, ada upaya-upaya manipulasi pada proses penghitungan. "Ada penghitungan yang menempatkan salah satu pasangan menjadi pemenang 100 persen, sementara calon lain hanya 0 persen," jelas sumber The Post itu.
Karena berbagai kondisi itulah, baik Tim Kaji maupun Tim Karsa di Bangkalan akan berupaya keras untuk menciptakan kondisi yang lebih free and fair dalam pilgub ulangan di Madura. Tim Kaji misalnya sudah mengganti koordinator tim sukses yang awalnya dipegang oleh Muslimat NU, diganti oleh angkatan muda NU. "Koordinator yang awalnya saya pegang, digantikan anak saya, Imam Buchori Cholil," kata Ketua Muslimat NU Salimah Cholil. Imam inilah yang akan memantapkan dukungan ke Kaji, utama di wilayah 12 pesantren besar di Kecamatan Bangkalan.
Pemetaan yang dilakukan oleh tim Kaji, 4 dari 12 pesantren yang ada di Kabupaten Bangkalan adalah pendukung Kaji. Sementara sisanya, 8 pesantren mendukung pasangan Karsa. "Namun, dalam pengamatan kami justru mayoritas masyakat di luar pesantren yang ada di pedesaan mendukung Kaji, sayangnya justru kecurangan justru terjadi di kalangan bawah," kata Salimah. Salah satunya adalah tidak meratanya undangan pencoblosan. Pemilih yang tidak mendapatkan undangan pencoblosan itu datang dengan inisiatif sendiri dengan membawa Kartu Tanda Penduduk (KTP). Namun, usaha itu sia-sia.
Dalam pelaksanaan pilgub ulangan di Bangkalan nantinya, Tim Kaji akan menyebar saksi-saksi baru yang lebih fresh dan memiliki keberanian lebih bila menemukan adanya pelanggaran di TPS tempat mereka berada. Tim Kaji juga meminta aparat polisi dari Polda Jatim untuk turun secara langsung ke Madura untuk mengamankan pelaksanaan pilgub ulangan. "Jangan hanya Polres Bangkalan saja, namun polisi dari Polda Jawa Timur yang minimal menurunkan dua orang di tiap TPS," kata Salimah.
Abdul Wasik, Pengurus Partai Patriot yang juga pendukung Kaji di Kabupaten Sampang memperkirakan ada enam wilayah di Sampang yang harus mendapatkan perhatian. Yakni wilayah Srenyak, Kedundung, Karang Penang, Sukodono, Omben dan Camplong. Dalam laporan yang masuk ke Tim Kaji, di wilayah-wilayah itulah banyak terjadi kecurangan. "Terutama banyaknya calon pemilih yang tidak mendapatkan undangan pemilih," kata Wasik pada The Jakarta Post.
Meski demikian, berbeda dengan kondisi di Bangkalan, Wasik memastikan tidak akan ada konflik horisontal di Sampang. Hal itu bisa dilihat dari tidak banyaknya laporan menyangkut pelanggaran di Sampang. Selain itu, jumlah dukungan Kaji dan Karsa di Sampang relatif seimbang. "Tidak seperti di Bangkalan yang banyak sekali pelanggaran, di Sampang relatif lancar," kata Wasik.
Menariknya, menjelang pelaksanaan pilgub ulang di Madura juga menciptakan gerakan politik berupa lobby-lobby yang dilakukan elit politik di Bangkalan dan Sampang. Sumber The Jakarta Post yang juga pengasuh pondok pesantren mengaku sedang menunggu kedatangan seorang pejabat penting dari Bangkalan. Salah satu tujuan dari pejabat penting ini adalah untuk melakukan "pembicaraan untuk bersatu" dala pilgub mendatang. "Sepertinya kita harus bertemu untuk tetap bersatu dalam pilgub mendatang," kata pejabat penting di Bangkalan itu.
Dari Sampang, sumber The Post menceritakan adanya konsolidasi di kalangan organisasi guru untuk mendukung salah satu kandidat pilgub jatim dalam pencoblosan ulangan. "Dalam sebuah acara organisasi guru yang berlangsung belakangan ini, digunakan untuk menguatkan dukungan pada salah satu pasangan kandidat," kata sumber The Post itu.
No comments:
Post a Comment