FESTIVAL REYOG PONOROGO 2008.
Pembukaan Grebeg Suro dan Festival Reyog Nasional ke XIV, berlangsung di Ponorogo, Jawa Timur, Sabtu (5/1) malam. Sejumlah 42 grup Reyog akan berlaga dalam festival itu. "Acara ini sekaligus mempertahankan budaya asli Indonesia dan penyuksesan program Visit Indonesia Year 2008," kata Bupati Ponorogo, Muhadi Suyono.
Setelah usai sengketa tarian Reyog yang sempat di klaim sebagai budaya Malaysia, Festival Reyog Nasional (FRN) XIV kembali digelar di Ponorogo, Jawa Timur. Sabtu (5/1) malam, pembukaan festival sebagai rangkaian upacara Grebeg Suro itu digelar di sela-sela recovery korban banjir di Ponorogo yang kini belum usai. Meski begitu, festival itu bakal berlangsung lebih meriah. Jumlah peserta even tahunan dalam rangka Grebeg Suro ini meningkat dibanding tahun lalu.
Jika tahun lalu hanya diikuti 31 peserta, FRN XIV ini diikuti oleh 42 peserta dari seluruh Jawa dan luar Jawa. Rangkaian Grebeg Suro sendiri, akan digelar 5-8 Januari 2008. tim Reyog dari Wonogiri, yang tahun lalu menyabet juga bertahan, tahun ini dilarang mengikuti perlombaan. "Meski juara bertahan Wonogiri tahun ini absen karena sudah tiga kali berturut-turut juara umum, namun peserta kabupaten lain mengaku siap dengan materi yang akan diusung lebih baik," ujar Luhur Karsanto, Sekkab Ponorogo.
Beberapa peserta di antaranya berasal dari Probolinggo, Gresik, Surabaya, Jember, Batu, Kediri, dan DKI Jakarta. Bahkan, beberapa tim dari luar Jawa juga bergabung, seperti dari Sumatera Selatan, Riau, Lampung, dan Kalimantan Timur. Dalam sambutannya dalam upacara pembukaan FRN XIV di Alun-alun Ponorogo, Sabtu malam lalu, Bupati Ponorogo Muhadi Suyono menegaskan FRN XIV digelar untuk melestarikan budaya Reyog sekaligus mendukung Visit Indonesia Year 2008 yang dicanangkan pemerintah RI. "Visit Indonesia Year sudah mempersiapkan 100 event nasional, salah satunya FRN," kata Muhadi.
Pelaksanaan FRN XIV sempat mendapatkan kritikan karena diselenggarakan di sela-sela recovery korban banjir Ponorogo yang belum tuntas dilakukan. FRN XIV dianggap menghambur-hamburkan uang. Luhur Karsanto mengaku heran dengan anggapan itu. Apalagi, jika dihubungkan dengan bencana banjir yang melanda sejumlah kawasan di Bumi Reog. "Saya kira itu terlalu dangkal jika bencana banjir dikaitkan dengan Grebeg Suro," tuturnya.
Menurutnya, pemkab melalui satkorlak bencana alam sudah melangkah untuk membantu para korban banjir. Termasuk mengevakuasi para pengungsi dan memberikan ruangan di kantor pemkab serta mendirikan tenda dapur umum. Kalau pun pasca banjir diperlukan langkah sebagai bentuk recovery akibat dampak banjir, menurut Luhur, sudah menjadi tugas daerah setelah melihat kondisi di lapangan. "Sehingga, tidak model digebyah uyah begitu. Dan, Grebeg Suro tetap harus berjalan karena ini dalam rangka melestarikan budaya kita," tegasnya.
Dalam upacara pembukaan, beberapa perwakilan Reyog dari luar Ponorogo menyerahkan bantuan untuk korban banjir. Meski besarnya tidak seberapa, namun bantuan itu diharapkan bisa meringankan beban Pemerinkah Kabupaten Ponorogo yang hingga kini masih berkonsentrasi untuk melakukan recovery. "Diakui atau tidak, memang festival ini digelar dengan keprihatinan, terima kasih atas segala bantuannya," kata Bupati Ponorogo Muhadi Suyono.***
Pembukaan Grebeg Suro dan Festival Reyog Nasional ke XIV, berlangsung di Ponorogo, Jawa Timur, Sabtu (5/1) malam. Sejumlah 42 grup Reyog akan berlaga dalam festival itu. "Acara ini sekaligus mempertahankan budaya asli Indonesia dan penyuksesan program Visit Indonesia Year 2008," kata Bupati Ponorogo, Muhadi Suyono.
Usai Sengketa Dengan Malaysia
Festival Reyog 2008 Digelar di Ponorogo
Festival Reyog 2008 Digelar di Ponorogo
Setelah usai sengketa tarian Reyog yang sempat di klaim sebagai budaya Malaysia, Festival Reyog Nasional (FRN) XIV kembali digelar di Ponorogo, Jawa Timur. Sabtu (5/1) malam, pembukaan festival sebagai rangkaian upacara Grebeg Suro itu digelar di sela-sela recovery korban banjir di Ponorogo yang kini belum usai. Meski begitu, festival itu bakal berlangsung lebih meriah. Jumlah peserta even tahunan dalam rangka Grebeg Suro ini meningkat dibanding tahun lalu.
Jika tahun lalu hanya diikuti 31 peserta, FRN XIV ini diikuti oleh 42 peserta dari seluruh Jawa dan luar Jawa. Rangkaian Grebeg Suro sendiri, akan digelar 5-8 Januari 2008. tim Reyog dari Wonogiri, yang tahun lalu menyabet juga bertahan, tahun ini dilarang mengikuti perlombaan. "Meski juara bertahan Wonogiri tahun ini absen karena sudah tiga kali berturut-turut juara umum, namun peserta kabupaten lain mengaku siap dengan materi yang akan diusung lebih baik," ujar Luhur Karsanto, Sekkab Ponorogo.
Beberapa peserta di antaranya berasal dari Probolinggo, Gresik, Surabaya, Jember, Batu, Kediri, dan DKI Jakarta. Bahkan, beberapa tim dari luar Jawa juga bergabung, seperti dari Sumatera Selatan, Riau, Lampung, dan Kalimantan Timur. Dalam sambutannya dalam upacara pembukaan FRN XIV di Alun-alun Ponorogo, Sabtu malam lalu, Bupati Ponorogo Muhadi Suyono menegaskan FRN XIV digelar untuk melestarikan budaya Reyog sekaligus mendukung Visit Indonesia Year 2008 yang dicanangkan pemerintah RI. "Visit Indonesia Year sudah mempersiapkan 100 event nasional, salah satunya FRN," kata Muhadi.
Pelaksanaan FRN XIV sempat mendapatkan kritikan karena diselenggarakan di sela-sela recovery korban banjir Ponorogo yang belum tuntas dilakukan. FRN XIV dianggap menghambur-hamburkan uang. Luhur Karsanto mengaku heran dengan anggapan itu. Apalagi, jika dihubungkan dengan bencana banjir yang melanda sejumlah kawasan di Bumi Reog. "Saya kira itu terlalu dangkal jika bencana banjir dikaitkan dengan Grebeg Suro," tuturnya.
Menurutnya, pemkab melalui satkorlak bencana alam sudah melangkah untuk membantu para korban banjir. Termasuk mengevakuasi para pengungsi dan memberikan ruangan di kantor pemkab serta mendirikan tenda dapur umum. Kalau pun pasca banjir diperlukan langkah sebagai bentuk recovery akibat dampak banjir, menurut Luhur, sudah menjadi tugas daerah setelah melihat kondisi di lapangan. "Sehingga, tidak model digebyah uyah begitu. Dan, Grebeg Suro tetap harus berjalan karena ini dalam rangka melestarikan budaya kita," tegasnya.
Dalam upacara pembukaan, beberapa perwakilan Reyog dari luar Ponorogo menyerahkan bantuan untuk korban banjir. Meski besarnya tidak seberapa, namun bantuan itu diharapkan bisa meringankan beban Pemerinkah Kabupaten Ponorogo yang hingga kini masih berkonsentrasi untuk melakukan recovery. "Diakui atau tidak, memang festival ini digelar dengan keprihatinan, terima kasih atas segala bantuannya," kata Bupati Ponorogo Muhadi Suyono.***
No comments:
Post a Comment