
Gerakan kekhilafahan yang semakin besar di Indonesia bakal mendapatkan perlawanan lebih serius. Kali ini dari organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU). Melalui Konferensi Wilayah PW NU Jawa Timur di Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong, Probolinggo Jawa Timur, NU akan mengkhukuhkan penolakan itu dalam bentuk keputusan resmi organisasi. "Sekali-kali kita serang balik gerakan itu, kita sudah terlalu sering diserang," kata Ketua PWNU Ali Maschan Moesa.
Konferwil NU itu digelar Jumat-Minggu (2-4/11) ini, dan diikuti oleh 550 pengurus NU dan para Kyai berpengaruh dari Jawa Timur itu membahas enam persoalan besar yang dinilai menjadi isu besar di kalangan warga Nahdliyin (sebutan untuk warga NU). Mulai gerakan kekhilafahan dan formalisasi syari'ah, gerakan salafiyah, respon terhadap kejahatan, penggunaan formalin pada mayat manusia, perubahan agama suami dan prilaku rentenir.
Ali Maschan Moesa mengatakan di antara enam persoalan itu, respon pada kekhilafahan dan salafi akan menjadi poin paling "ramai". Karena dua hal itu yang saat ini menjadi perhatian nasional dan internasional. Apalagi, di Indonesia, gerakan khilafah dan salafi semakin besar. Secara tidak langsung, gerakan itu mampu mewacanakan perubahan bentuk negara dari Republik menjadi Khilafan. "Termasuk merubah UUD menjadi syariah Islamiyah seutuhkan, bagi NU hal itu tidak tepat, untuk itu kita akan melakukan penegasan kembali, bagi NU NKRI sudah final," kata Ali.
NU Jatim merasakan, gerakan kekhilafahan sudah masuk ke pelosok desa dan meresahkan. Apalagi, salah satu ciri gerakan kekhilafahan selalu memojokkan anggota NU melalui diskusi-diskusi. "Banyak anggota NU yang tidak cukup memiliki wacana yang luas akhirnya menerima, nah,..untuk menghindari hal serupa, kita akan cari dalilnya dalam Al Quran, hadis dan kitab-kitab lain mengenai hal itu," kata Ali Maschan Moesa.
Dalam sambutannya di acara pembukaan Konferwil PWNU bertajuk "Meneguhkan Komitmen Terhadap Khittah NU, Keutuhan NKRi dan Pemberdayaan Jama'ah dan Jami'ah Nahdlatul Ulama" itu, Ketua Pengurus Besar (PB) NU Hasyim Muzadi meminta warga NU berpikir kembali tentang "aset-aset" NU yang perlu diselamatkan. Termasuk "aset" ideologis yang sejak awal ditanamkan pendiri NU KH.
Hasyim Ashari. "KH. Hasyim Ashari sudah meninggalkan aset ideologis yang perlu kita pertahankan, hal itu yang harus menjadi salah satu aset yang harus dijaga," kata Hasyim.Hasyim mengingatkan pada Nahdliyin untuk mewaspadai "pihak luar" yang ingin memasukkan kepentingannya dalam konferensi ini. Hingga akhirnya melupakan kepentingan warga NU. Dan lebih jauh, melupakan kepentingan bangsa sebagian besar adalah warga NU. "Jangan mau dimasuki pihak lain yang mengatasnamakan NU, tapi urus saja soal NU sendiri," kata Hasyim disambut tepuk tangan peserta konferwil.
Sementara itu Menkominfo Muhammad Nuh yang juga didaulat membuka forum itu mengingatkan pentingnya warga Nahdliyin menyadari besarnya aset warga nahdliyin yang sering dimanfaatkan pihak-pihak yang membutuhkan. Namun, setelah kepentingan pihak lain itu terpenuhi, warga NU pun ditinggal. "Jangan seperti persewaan alat pesta, setelah pesta selesai, peralatan pun kembali dikembalikan pada pemiliknya," kata M. Nuh.