Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY meminta pengungsi Gunung Kelud untuk bertahan di pengungsian, sembari menunggu keadaan tenang. SBY juga meminta pengungi memahami himbauan mengungsi yang diberikan pihak berwenang semata-mata dilakukan karena pemerintah menyanyangi dan tidak ingin rakyat tertimpa musibah.
Hal itu dikatakan SBY dalam bahasa Jawa di sela-sela kunjungannya di pengungian Posko Segaran di Kediri, Jawa Timur, Rabu (24/10) ini. "Sabar menunggu di sini (pengungsian-RED), menunggu keadaan tenang rumiyin (dahulu)," kata SBY di hadapan pengungsi. Pengungi yang kebanyakan didominasi oleh ibu-ibu, lansia dan bayi itu hanya mengiyakan dalam bahasa Jawa. "Nggih pak (iya pak),.." jawab pengungsi bersamaan.
Lebih jauh, mengawali kunjungan SBY selama dua hari di Kabupaten Kediri Jawa Timur itu, SBY bertanya tentang kondisi pengungsi secara keseluruhan. "Nopo wonten sing gerah (Apa ada yang sakit)? Ma'em e pripun (bagaimana makannya)?" tanya SBY. Pengungsi menjawab dengan nyaris serempak. "Mboten (tidak),..sae-sae kemawon (baik-baik saja)," jawab pengungsi.
Dalam sambutannya SBY berharap apa yang terjadi di Gunung Merapi Jogjakarta akan pula terjadi di Gunung Kelud Jawa Timur. Yaitu diberikan kelamatan kepada pengungsi dengan tidak ada satu pun yang terluka. "Ini harapan kita kepada Allah, agar semua yang ada di sini bisa diselamatkan seperti yang terjadi dengan saudara kita di Jogjakarta," katanya.
Setelah berkeliling-keliling di pengungsian SBY beserta rombongan menunju ke pos pengungsian di Siman, Pare Kediri. Rencananya SBY akan menggelar pertemuan dengan Satkorlak Kabupaten Kediri dan berdialog sekali lagi dengan pengungsi. Usai acara SBY akan menginap di tenda utama yang dipengkapi dengan pendingin ruangan.
TUNTUT LEBIH LAYAK
Sementara itu, hingga Rabu ini, masih ada penduduk yang menolak mengungi di tempat-tempat pengungsian yang disediakan. Salah satu sebabnya karena lokasi pengungsian itu dianggap tidak layak untuk ditempati. Bahkan, ada lokasi pengungsian yang memiliki resiko yang lebih tinggi dari pada kawasan yang ditempati sebelumnya. Dua hal itu yang dikemukakan oleh penduduk di kawasan Kabupaten Blitar yang hingga Rabu (24/10) ini menolak untuk mengungsi.
Dua daerah itu adalah Kampung Anyar dan Kampung Kali Gladak. Menurut mereka, tempat-tempat yang disediakan sebagai lokasi pengungsian hanya memiliki tenda tanpa perlatan lain. "Tidak seperti yang sering muncul di televisi, tempat pengungsiannya enak sekali, tapi lebih banyak yang tidak layak," kata Jamun, penduduk Desa Kampung Anyar, Rabu (24/10) ini.
Di tempat pengungsian yang berjarak sekitar satu kilometer dari Kampung Anyar, menurut Jamun tidak dilengkapi dengan alas tidur yang layak. Hanya tikar saja. "Seharusnya, jangan cuma tikar, karena masih sangat dingin dan membuat sakit, akan lebih baik kalau diberi anyaman bambu, baru kemudian diberi tikar. Kalau tidak begitu, pasti akan banyak penduduk yang sakit," kata Jamun.
Sementara itu, Markuat dari Desa Kali Gladak mengatakan, lokasi pengungian yang disediakan untuk warga Kali Gladak yang terletak di Desa Candi Sewu justru memiliki lokasi yang lebih berbahaya. "Kalau Anda perhatikan tempatnya, disitu adalah tempat yang kemungkinan akan dialiri oleh lahar dingin, karena terpantul di lereng-lereng lokasi aliran lahar dingin," kata Markuat.
Karena itu, akan lebih baik, bila lokasi pengungsian justru ditempatkan di bukit-bukit kecil yang terletak di sekitar Desa Kali Gladak. "Meskipun tempatnya lebih tinggi, namun di atas bukit itu lebih aman dari lahar dingin, kalau batu dan debu kan bisa dilindungi dengan tenda-tenda darurat yang ada," katanya.
Berbeda dengan kondisi di tempat penungsian di Kali Gladak dan Kampung Anyar, lokasi pengungian tempat Presiden Susilo Bamban Yudhoyono akan menginap, di Lapangan Pluncing di Kecamatan Kepung Kediri, dilengkapi enan empat toilet dan tenda besar ber-AC.
Karena itulah, hingga saat ini, penduduk di dua kawasan Ring I itu ogah-ogahan untuk mengungsi. Mereka lebih memilih beraktivitas sembari menunggu kepastian dari Gunung Kelud. "Biasanya, kalau Gunung Kelud itu dibicarakan teru-menerus, malah tidak meletus, tapi kalau tidak ada yang membicarakan, maka tiba-tiba akan boom! Meletus," kata Wagiran, penduduk Kali Gladak yang sudah tiga kali merasakan letugas gunung itu.
semoga semuanya diberi kesabaran olehNya
ReplyDelete