Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono meminta peningkatan anggaran pendidikan disertai dengan perbaikan sistem dan dasar hukum. Sistem dan dasar hukum dibangun untuk mengarahkan anggran pendidikan itu agar sampai ke sasarannya. "Maksudnya (anggaran pendidikan-red) jangan diselewengkan kesana-kemari," kata Presiden SBY dalam kuliah umum berjudul Transformasi Indonesia Dalam Era Globalisasi di Kampur C Universitas Airlangga Surabaya, Selasa (4/9) ini.
Penegasan Presiden SBY menyangkut anggaran pendidikan itu adalah jawaban dari surat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unair kepada Presiden SBY. Dalam surat itu BEM Unair meminta pemerintah tidak hanya terjebak dalam jumlah anggaran pendidikan semata. Melainkan, perlu adanya tujuan dan sasaran yang akan dicapai oleh pendidikan di Indonesia. "Saya setuju dengan pemikiran mahasiswa, karenanya dengan kemampuan yang ada kita serius dalam peningkatan anggaran dengan penggunaan yang terarah pula," kata Presiden SBY.
Di hadapan 500 peserta kuliah umum yang terdiri dari civitas akademiki universitas dari seluruh Jawa Timur itu Presiden SBY menjelaskan, keterarahan yang dimaksud salah satunya berarti tidak menggunakan anggaran pendidikan dengan boros dan betul-betul memperbaiki inftrastruktur yang ada, Termasuk menyediakan fasilitas buku yang murah."Saya teruskan kepada Mendiknas Bambang Sudibyo untuk dicermati lagi, agar kenaikan anggaran pendidikan kita yang tahun ini meningkat 12,3 persen betul-betul mendapatkan sasarannya," kata Presiden SBY.
Dalam suratnya, BEM Unair juga mengaskan sikap mereka yang menolak Rancangan Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (BHP) yang saat ini sedang digodok DPR-RI. Menurut SBY, mahasiswa memiliki pandangan yang berbeda dengan pemerintah. Menurutnya, sebuah sistem baru yang akan diterapkan pasti didalamnya terdapat sisi negatif dan positif. Hanya saja, Presiden SBY mengajak mahasiswa untuk meyakini tujuan dan sasaran yang akan dicapai RUU BHP adalah tepat.
Kedatangan Presiden SBY ke Surabaya Selasa ini sempat disambut dengan demonstrasi ribuan mahasiswa dari berbagai kelompok. Dalam pengamatan The Jakarta Post, ada empat kelompok yang berdemonstrasi menyambut SBY. Mulai dari kelompok Gema Pembebasan, Kelompok organisasi mahasiswa, PMII, HMI, GMKI, LMND dll hingga kelompok kampus Unair dan Institut Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
Ada tiga isu besar yang diusung mahasiswa dalam demonstrasi menyambut Presiden SBY. Pertama adalah penolakan atas kecilnya anggaran pendidikan dalam APBN yang senilai 10,8 persen dari seluruh anggaran, Kapitalisasi Pendidikan Nasional dengan mendorong Perguruan Tinggi menjadi Perusahaan terbatas (PT) serta tidak tuntasnya kasus semburan lumpur Lapindo Brantas Inc di Sidoarjo yang hingga saat ini belum diselesaikan.
"Kecilnya anggaran pendidikan adalah bukti bahwa pemerintah tidak serius memperbaiki kondisi pendidikan, padahal di sisilain dengan bergantinya status perguruan tinggi menjadi PT, maka hanya kelompok masyarakat yang kaya saja yang bisa mengenyam pendidikan," tulis mahasiswa salam selebarannya.***
No comments:
Post a Comment