Dua pesta seni berskala massal akan digelar di Jawa Timur pada bulan Agustus ini. Yaitu Gelar Budaya dan Festival Reyog Mini di Ponorogo dan Jember Fashion Carnaval di Jember. Uniknya, meski pun dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan, keduanya memiliki kutub materi yang sangat berbeda, modern dan tradisional.
Acara pertama yang mengusung ketradisionalan kedaerahan adalah Gelar Budaya dan Festival Reyog Mini di Ponorogo. Acara yang akan dilaksanakan 180 KM dari Ibu Kota Jawa Timur Surabaya itu digelar dalam rangka Hari Ulang Tahun Kabupaten Ponorogo ke 511. Usia yang tidak muda untuk sebuah kota kecil yang terletak di ujung barat provinsi Jawa Timur ini.
Ketua Harian Panitia Hari Jadi 511 Kabupaten Ponorogo Tahun 2007 Gunardi menjelaskan, Gelar Budaya Ponorogo akan dilakukan pada 3 hingga 12 Agustus mendatang. “Dua acara penting karena menjadi icon kabupaten adalah Festival Reyog Mini dan Gelar Budaya,” katanya. Di dalamnya akan mengusung kemampuan anak-anak usia SD dan remaja SLTP dalam membawakan seni tradisional Reyog.
Ada 23 group Reyog dari kabupaten Ponorogo yang akan unjuk gigi dalam event itu. maupun daerah lain. Meski memiliki ornamen “wajib” yang sama dalam setiap grup Reyog, mulai Dadak Merak (topeng besar Harimau Berbadan Burung Merak), gamelan tradisonal dan tokoh Bujang Ganong-nya, namun kekhasan tarian dan atraksi yang dimiliki masing-masing group Reyog sungguh beragam. Disertai tontonan akrobatik yang membuat bulu kuduk berdiri.
Sedangkan Gelar Budaya atau berupa karnaval dan arak-arakan, akan yang diikuti oleh aneka kesenian tradisional yang juga asal Ponorogo. Kabupaten Ponorogo menyimpan banyak potensi kesenian tradisional yang beraneka macam. Seperti Gajah-gajahan, Kongkil, Odrot, Gumbeng, Keling, Jaranan Tek dan sebagainya. “Dalam Gelar Budaya itu, semua potensi akan dimunculkan,” jelas Gunardi.
Pesta seni lain yang juga tidak kalah menariknya adalah Jember Fashion Carnaval (JFC). Seperti namanya, JFC adalah sebuah event yang menyajikan desain-desain fashion alternatif karya asli warga Jember. Yang membuat khas acara yang sudah dilaksanakan selama enam tahun ini adalah cat walk raksasa, berupa jalan protokol kota sepanjang hampir 3,6 KM. Sebuah pertunjukan busana dengan catwalk terpanjang di dunia.
Jumlah penontonnya tidak tanggung-tanggung, mencapai jumlah 150 ribu pentonton dari sebagai usia. “Yah semacam Carnaval Rio De Jeneiro di Indonesia-lah,” kata Dynand Fariz, sang penggagas acara. Dynand menjelaskan, JFC kali ini mengusung tema besar Human, Animals, Plants, Water, dan imagination. Semuanya akan dibagi dalam delapan kelompok besar grup fashion dengan 450 orang peraga.
Kelompok Borneo akan membuka defile yang menyajikan eksotik alam liar Kalimantan. Tema ini sengaja dipilih karena pulau terbesar di Indonesia ini terancam punah oleh kerusakan. “JFC ingin mengingatkan kembali perlunya melindungi kayanya alam dan budaya Borneo yang mulai pulah,” kata Dynand Fariz.
Secara berurutan, tema Prison, Predator, Undercover, Amazon, Chinese Opera,
Anime hingga Recycle akan menyapa pengunjung JFC. Dalam tema terakhir, Recycle, para desainer akan menyajikan fashion yang dibuat khusus dari bahan daur ulang. Dalam tema ini, JFC seakan ingin berbicara pada dunia luas bahwa dampak negatif yang disebabkan oleh barang-barang yang tidak bisa didaur ulang akan mampu dikurangi efek buruknya dengan merecycle barang-barang itu. “Kalau kami tidak bisa membantu mencegah global warming dalam skala luas, mungkin kami bisa menumbuhkan kepedulian masyarakat melalui acara ini,” ungkap Dynand.
JFC memang bukan event yang biasa. Meski dilakukan disebuah kota kecil 200-KM dari Ibu Kota Jawa Timur, Surabaya, namun event ini sudah dikenal luas dan diundang ke acara bertaraf internasional seperti Kongres International di Bandung, Pawai Budaya di Istana Negara, Kuta Carnival, Bali Fashion Week dan Kutai Kartanegara Parade. “Yang paling membanggakan, kami juga diundang Jambore Pramuka International di Londong Inggris, 25-30 Juli lalu,” ungkap Dynand.
No comments:
Post a Comment