23 November 2006
Anak korban ledakan Lapindo merayakan ulang tahun di rumah sakit
Dari kiri ke kanan: Ati (bersimpuh), Sri Supartini dan Zulfikar
Zulfikar hanya bisa memandang wajah neneknya, Sri Supartini, ketika perempuan berusia 55 tahun itu menyanyikan lagu Happy Birthday To You di sela-sela tangisannya. Sesekali, anak yang masih berusia satu tahun itu menggerak-gerakkan kaki dan tangannya mengikuti irama lagu yang disertai tepuk tangan dari dokter dan suster RSU Dr.Soetomo Surabaya yang ketika itu hadir di Ruang Observasi Intensif (ROI) I. Diakhir lagu, Sri membantu sang anak untuk meniup lilin, sambil menciumi pipi tembem sang anak.
Begitulah suasana perayaan ulang tahun Zulfikar, anak semata wayang Andri. Laki-laki berusia 30 tahun yang kini tidak berdaya di Ruang Observasi Intensif (ROI) II itu adalah salah satu korban selamat paling parah dari ledakan pipa gas di lokasi semburan lumpur Lapindo, Sidoarjo, Rabu(22/11) malam lalu. Dalam peristiwa itu, 7 orang dipastikan tewas, sementara 4 lainnya hilang. Korban luka berat tercatat 2 orang dan 10 orang luka ringan. Andri adalah salah satu dua korban luka berat yang kini dirawat di RSU Dr. Soetomo Surabaya. Selain Andri, di rumah sakit yang sama dirawat Eko Riyandi, 43 tahun. Sekitar 80 persen tubuh Andri melepuh karena terendam lumpur panas, sementara Eko lebih beruntung karena "hanya" terluka 60 persen saja. Meski begitu, keduanya dinyatakan masih dalam keadaan kritis dan harus dirawat intensif. Ketua forum pers RSU Dr. Soetomo Urip Murtejo mengatakan, dibanding pertama kali datang ke RS, saat ini kondisi kedua korban terparah ledakan di areal semburan lumpur Lapindo itu jauh lebih baik. Andri misalnya, yang pada awalnya tidak bisa berkomunikasi karena tidak sadarkan diri, sejak semalam sudah sadar. Begitu juga dengan Eko. "Hanya saja, kondisi mereka tetap dinyatakan kritis," katanya, Kamis (23/11) ini. Hasil memeriksaan sementara, luka Andri dan Eko disebabkan oleh blast injuries di atas 80 persen. Dalam kondisi itu, dikhawatirkan akan terjadi multy organ failure. "Semoga saja kondisi terburuk tidak ditemui, karena hal itu bisa merepotkan, tapi kami akan terusaha sebaik mungkin untuk menyelamatkan mereka," kata Urip. Parahnya kondisi kedua korban membuat pihak RS berusaha memberikan menciptakan kondisi yang kondusif untuk memberikan harapan kepada korban. Salah satunya dengan menggelar pesta ulang tahun Zulfikar, anak pertama Andri yang kini berusia 1 tahun. Pesta ulang tahun itu dilaksanakan dengan sangat sederhana. Pihak rumah sakit membelikan roti tart bertuliskan nama sang anak. Sebuah lilin berbentuk angka satu menyala di atasnya. Meski sederhana, pelaksanaan ulang tahun itu sangat mengharukan bagi keluarga Andri. Terutama istri Andri, Ita yang dinikahi dua tahun lalu. Perempuan asal Bantul Jawa Tengah itu hanya bisa menangis sambil ditepian tempat tidur ROI I. Perempuan itu tidak kuasa menjawab pertanyaan wartawan. Air matanya mengalir, ketika matanya menatap sosok Zulfikar. Hal yang sama dirasakan Sri SUpartini, ibu Andri. Hanya saja dia lebih tabah. Sang ibu inilah yang selalu menggendong ZUlfikar. Sri menceritakan, sebelum semua tragedi ini terjadi, keluarga mereka berencana akan menggelar pesta ulang tahun untuk Zulfikar. "Andri akan pulang hari ini (Kamis-red) untuk menggelar ulang tahun itu, tapi semua rencana itu berubah," kata Sri dengan berlinang air mata. Karena itulah, dirinya sangat berterima kasih dengan pihak RSU Dr. Soetomo, karena diberi kesempatan merealisasikan rencana itu. "Meskipun anak saya sekarang sedang berjuang untuk terus bertahan dalam lukanya," jelas Sri. Andri adalah lulusan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Jogjakarta jurusan Geologi Mineral angkatan tahun 1996. Selepas menempuh pendidikan S1-nya, Andri memilih untuk magang kerja di BP Migas, dan kemudian bekerja di perusahaan keamanan pertambangan Vergaco. Perusahaan inilah yang kini bertanggungjawab pada pengamatan semburan lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo. Mengutip pertanyaan dokter, Sri mengatakan bahwa kondisi Andri sangat parah. Ada kekhawatiran organ-organ tubuh bagian dalamnya terkena uap panas. Karena kondisi itulah, dokter berjanji akan berbuat sebaik mungkin untuk menyelamatkan Andri. Ketika Sri, Ita dan Zulfikar menemui Andri, laki-laki itu sudah bisa berkomunikasi, meski sangat terbatas. Andri bahkan sudah bisa meminta minum dan menggerak-gerakkan tangannya. "Saya mohon bantuan doa kepada semua orang, agar anak saya bisa selamat," kata Sri sembari terus menangis.
No comments:
Post a Comment