Menjaga keabadian sejarah, bisa bermacam-macam cara. Mulai menyimpan teks-teks tua bersejarah dalam lemari dengan suhu terjaga, menuliskan kembali dalam sebuah buku hingga memigora dan memajangnya di tembok.
Yang dilakukan Kuncarsono Prasetyo sedikit berbeda. Laki-laki berusia 29 tahun itu memilih untuk mencetaknya di atas kaos.
"Saya ingin masyarakat tahu bahwa ada keunikan sejarah dalam teks-teks tua itu, salah satu cara untuk memperkenalkan hal itu dengan mencetaknya di atas kaos oblong," kata pemuda yang akrab dipanggil Kuncar itu pada The Jakarta Post. Kecintaan Kuncar pada teks-teks tua berawal dari aktifitasnya sebagai wartawan di sebuah media lokal. Ketika itu, mantan aktivis tahun 1998 ini sedang membuat reportase tentang teks-teks tua yang ada di Jawa Timur. Lembar demi lembar teks-teks tua yang dilihatnya memunculkan kesan tersendiri pada pemuda kelahiran 1 Maret 1977 itu. "Saya heran, tidak hanyak orang yang mengetahui karya bersejarah ini, semua hanya tersimpan di lemari perpustakaan," katanya.
Seperti gambar iklan-iklan tua, perangko tua, uang kuno hingga foto-foto tokoh bersejarah. Semua karya itu, memiliki keunikan tersendiri. Gambar iklan, perangko dan uang kuno misalnya, memiliki design yang tidak kalah hebat. Melalui karya-karya itu juga awal munculnya aliran-aliran design yang kini berkembang kualitas maupun kuantitasnya. Juga foto-foto tokoh bersejarah di Indonesia yang belum banyak orang tahu.
"Di Jawa Timur saja, siapa sih yang tahu dengan pasti wajah raja-raja Jawa, bahkan wajah para bupati-bupati yang semuanya punya peran penting dalam sejarah Indonesia, tidak banyak orang yang mengetahui hal itu," katanya. Belum lagi wajah tokoh-tokoh lokal yang mungkin hanya dikenal namanya saja, tanpa diketahui wajahnya. Sebut saja Cak Durasim, Sarip Tambak Yoso, Besoet hingga Sakerah.
"Yang dikenal di Indonesia balah tokoh-tokoh dari luar negeri seperti Che Guevara, Malcom X dan lain-lain, padahal, tokoh seperti Cak Durasim, Sarip Tambak Yoso, Besoet hingga Sakerah dari Jawa Timur tak kalah revolusionernya dibanding tokoh-tokoh dari luar negeri itu. Peran mereka juga tidak diragukan lagi," kata Kuncar serius. Cak Durasim misalnya, dikenal dengan puisi bersejarahnya yang mampu mengorbankan semangat perlawanan dengan Penjajah Jepang.
Bekupon omahe doro, melok Nipon tambah soro (Bekupon rumahnya burung merpati, ikut Nipon/Jepang tambang sengsara) adalah parikan Cak Durasim yang terkenal di masa penjajahan. Karena puisi itulah, Cak Durasim ditangkap dan diasingkan oleh penjajah Jelang. Namun, langkah itu justru mengobarkan semangat perjuangan Arek Surabaya ketika itu.
Dengan dana sekitar Rp.10 juta-an, bersama Junaedi, seorang pelukis, Kuncar memilih untuk mencetak teks sejarah itu di kaos oblong bermerk Sawoong (ayam). Meski sedikit "gambling", langkah itu tergolong tepat karena saat ini trend fashion mode sedang bergerak ke arah mode retro atau lawas. "Kata orang, sekarang sedang trend semua hal yang berbau lawas, tidak ada salahnya mencoba sosialisasi sejarah sekaligus jualan kaos," guraunya.
Iklan-iklan lawas yang dibuat sekitar tahun 1800-an dipilih sebagai debutan karya tua yang disosialisasikannya. Iklan-iklan itu memiliki kekhassan tersendiri, terutama dari segi bahasa Indonesia yang unik. Simak saja iklan obat anti penyakit anjing gila yang dimuat di Tjahaja Siang terbitan tahun 1869. Iklan ini adalah iklan tertua versi buku Sejarah Reklame di Indonesia yang diterbitkan oleh Persatuan Praktisi Periklanan Indonesia (PPPI).
"Kesakitan dari sebab digigit andjing gila, itu ada penjakit keras di Europe hingga banjak orang tlah berkata, djika bagi sijapa jang soedah digigit oleh andjing gila akan tiada pernah lagi djadi bajik...segerahlah toetjie itoe loeka dengan tjoeka dan ajer panas maka djika itoe loeka soeda kering, toeroes taroeh itoe obat Acida Miatica," tulis iklan yang lengkap dengan Anjing itu.
Juga brosur Group Band Bintang Timoer yang diterbitkan koran Keng Po tahun 1932 dan iklan kota Surabaya yang diterbitkan oleh koran Alijoem tahun 1936. Selain itu brosur toko ice cream Zanggrandi yang diterbitkan tahun 1942 dan iklan rokok cap Doro yang dimuat di majalah Economi Blad tahun 1932. "Semua media yang menerbitkan iklan-iklan tua itu sekarang sudah tutup, tapi justru itu sisi menariknya," jelas Kuncar.
Pembuatan kaos iklan lawas ini akan berlanjut dengan pembuatan kaos perangko dan kaos wajah bersejarah. "Karena modalnya kecil, kaos sejarah edisi selanjutnya akan saya buat bila modal sudah terkumpul dari penjualan kaos jenis iklan lawas," ungkap Kuncar. Yang menarik, sebagai pembuat kaos sosialisasi sejarah, Kuncar mempersilahkan siapa saja untuk memalsu kaos buatanya. "Silahkan dipalsu saya tidak akan menuntut pemalsuan itu, informasi sejarah ini milik seluruh rakyat Indonesia," katanya.
keren tuh sepertinya...itu kaos ada dimana mas?? gmn cara ngedapetinnya??
ReplyDelete